Salah satu ikon pariwisata Papua adalah Danau Sentani. Berada dibawah lereng pegunungan Cyclops, Danau Sentani memiliki luas sekitar 9.360 hektar dan membentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Danau Sentani adalah danau terbesar dan terluas di Papua, dan salah satu dari lima danau terbesar di Indonesia.
Kali ini, saya akan berbagi cerita tentang pengalaman saya mencoba untuk mengelilingi bentangan Danau Sentani, sendirian naik motor. Ternyata, tak semudah yang saya bayangkan. Tak cukup waktu sehari untuk mengelilingi Danau Sentani secara memutar, mulai dari Abepura hingga daerah Geyem, Kabupaten Jayapura.
Jika anda sedang berada di pesawat terbang yang akan mendarat di bandara Sentani, cobalah tengok ke bawah. Akan nampak pemandangan indah Danau Sentani dengan 21 pulau kecilnya. Arti kata Sentani berarti “di sini kami tinggal dengan damai”. Nama Sentani sendiri pertama kali disebut oleh seorang Pendeta Kristen BL Bin ketika melaksanakan misionaris di wilayah danau ini pada tahun 1898

Dan jika anda sedang menuju ke kota Jayapura dari bandara Sentani, disepanjang jalan anda akan disuguhi pemandangan indah dari Danau Sentani. Terutama jika sedang melewati distrik Waena. Disebelah kanan nampak bukit hijau, dan disebelah kiri nampak air danau yang membiru.

Dari arah kota Jayapura sebelum masuk ke daerah bandara Sentani, anda bisa berbelok ke arah kiri jalan, ke sebuah tempat dimana Festival Danau Sentani biasanya diadakan (saya lupa nama daerahnya). Festival Danau Sentani biasanya diadakan pada pertengahan bulan Juni tiap tahun, FDS sendiri telah ditetapkan sebagai festival tahunan dan masuk dalam kalendar pariwisata utama. Festival ini diisi dengan tarian-tarian adat di atas perahu, tarian perang khas Papua, upacara adat seperti penobatan Ondoafi, dan sajian berbagai kuliner khas Papua. Dan disini pula, anda bisa menikmati keindahan panorama Danau Sentani seutuhnya.

Perjalanan saya pun berlanjut, hingga ke daerah setelah bandara Sentani, belok ke kiri. Ini adalah jalan menuju kabupaten Sarmi, sebuah kabupaten kecil tetangga dari Kabupaten Jayapura. Di sebelah kanan, anda hanya akan mendapati pemandangan hutan, hutan, dan hutan. Sedangkan di sebelah kiri, anda akan mendapati pemandangan air danau, danau, dan danau dengan diselingi padang rumput yang menghijau.
Setelah perjalanan satu jam lamanya, saya pun beristirahat di tepi jalan, yang lumayan teduh dibawah rindangnya pohon-pohon hutan. Disini, saya bertemu dengan seorang tukang bakso yang sedang mangkal. Mungkin anda heran, bagaimana bisa di daerah yang sepi, tak ada pemukiman dan keramaian penduduk ada tukang bakso yang mangkal?

Bayangkan, jika biasanya para pedagang memilih untuk berjualan di tempat yang ramai, atau berkeliling ke pemukiman penduduk, pemuda yang kemudian saya tanya mengaku berasal Kepanjen, Malang ini malah memilih mangkal di tempat sepi. Ya, jalan dari Sentani menuju Genyem memang sepi, jauh dari pemukiman penduduk. Di kanan kiri jalan cuma ada tebing, hutan dan tepian danau Sentani.
Saya kemudian bertanya, mengapa dia memilih untuk mangkal di tempat sepi seperti ini? apakah ada yang membeli dagangannya? Sambil tersenyum, dia kemudian bercerita, awalnya dia berjualan bakso di Sentani, dekat Bandara. Tapi, disana ternyata sudah terlalu banyak penjual bakso. Akhirnya, dia berpikir untuk mencoba berjualan di distrik Genyem. Sebelum sampai ditempat yg dimaksud, di tengah jalan dia beristirahat dipinggir jalan, dibawah sebuah pepohonan yang lumayan rindang. Selang beberapa saat, ada rombongan truk pengangkut material yg lewat. Para sopir truk itu berhenti, dan kemudian membeli baksonya. Tak lama kemudian, ada lagi beberapa pengendara mobil pribadi, atau pemotor yg melintasi jalan itu ikut berhenti untuk membeli baksonya. Akhirnya, abang tukang bakso inipun memutuskan untuk menjadikan tempat pemberhentiannya tersebut sebagai “pangkalan resmi’ dia berjualan bakso.
Tak terasa, setelah mengobrol lama dan istirahat dengan tukang bakso tersebut, hari pun sudah beranjak menjelang sore. Saya pun memutuskan untuk kembali pulang. Dan perjalanan saya hari itu, baru mencapai separuh dari rencana mengelilingi Danau Sentani. Benar, ternyata tak cukup sehari untuk berkeliling Danau Sentani.