Salah satu nutrisi penting yang harus kita cukupi bagi tubuh kita adalah zat besi. Mineral ini terlibat dalam berbagai fungsi tubuh, termasuk memproduksi hemoglobin yang berperan dalam proses pengangkutan oksigen dalam untuk memberikan energi bagi kehidupan kita sehari-hari. Zat besi juga penting untuk perkembangan otak.
Kekurangan Zat Besi Dapat Menyebabkan Anemia Defisiensi Besi
Apabila tubuh kita kekurangan zat besi, hal ini bisa mengakibatkan produksi hemoglobin berkurang. Kekurangan hemoglobin dapat dihubungkan dengan penurunan fungsi kepintaran, perubahan tingkah laku, tumbuh kembang yang terlambat, dan gangguan daya tahan tubuh pada anak.
Bayi, balita, anak prasekolah, dan remaja berisiko lebih tinggi mengalami kekurangan zat besi, terutama karena kebutuhan zat besi yang meningkat selama periode pertumbuhan mereka yang cepat. Tanpa perhatian dan intervensi orangtua, anak yang makanannya tidak cukup zat besi akhirnya akan mengalami anemia defisiensi besi (ADB).

Ketidakmampuan penyerapan zat besi oleh tubuh juga dapat menyebabkan anemia. Zat besi dari makanan diserap ke aliran darah melalui usus halus. Adanya gangguan atau penyakit usus tertentu, yang memengaruhi kemampuan usus dalam mengabsorpsi zat gizi dari makanan yang sudah dicerna, pada akhirnya dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Prevalensi Anemia pada Generasi Muda Indonesia
Mengingat peran penting nutrisi ini bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak, Danone Indonesia mengajak para orangtua dan masyarakat umum untuk peduli akan pentingnya kecukupan zat besi melalui program webinar yang disiarkan langsung di channel YouTube Nutrisi Bangsa pada 25 Januari 2021 kemarin. Dalam webinar bertema Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi, hadir sebagai narasumber adalah DR. dr. Diana Sunardi, Mgizi, SpGK dari Indonesian Nutrition Association dan Bapak Arief Mujahidin selaku Corporate Communication Director Danone Indonesia.
Menurut dr. Diana Sunardi, anemia merupakan tantangan kesehatan lintas generasi karena prevalensi anemia mencakup berbagai kelompok usia. Berdasarkan penelitian Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar, 2013), 29,7% balita laki-laki dan 26,5 balita perempuan. Sementara 28% anak laki-laki usia 6-12 tahun dan 27% anak perempuan usia 6-12 tahun mengalami anemia.

Cukup tingginya angka prevalensi anemia pada kelompok usia balita, anak-anak dan ibu hamil ini tentu mengkhawatirkan karena Kekurangan zat besi juga bisa menyebabkan anak mengalami stunting, – kegagalan anak mencapai potensi pertumbahannya. Kondisi ini dapat secara permanen membatasi kapasitas fisik dan kognitif anak-anak.
Selain merugikan kesehatan, dalam jangka panjang stunting juga menyebabkan penurunan produktivitas. Sebagai perbandingan, pertumbuhan linear pada anak usia dini (non stunting) merupakan penanda kuat pertumbuhan yang sehat sehingga di kemudian hari akan berdampak pada kapasitas pembelajaran yang optimal dan produktivitas kerja yang tinggi.
Gejala Anemia Defisiensi Besi
Gejala klinis anemia defisiensi besi memang jarang diperhatikan dan disadari para orangtua. Pada tahap awal, tanda dan gejala dari anemia defisiensi besi dapat sangat ringan dan tidak tampak secara jelas. Namun, seiring dengan berkurangnya kadar zat besi dalam tubuh, anemia dapat memburuk sehingga tanda dan gejala anemia dapat lebih terlihat.
Beberapa tanda dan gejala dari anemia defisiensi besi di antaranya:
- Mudah merasa lelah
- Kelemahan otot
- Kulit tampak pucat
- Merasa nyeri di dada, denyut nadi atau jantung yang cepat, sesak napas
- Sakit kepala atau pusing
- Tekanan darah rendah
- Kelopak mata pucat
- Tangan dan kaki teraba dingin
- Peradangan atau rasa nyeri pada lidah
- Kuku yang rapuh
Pada anak-anak, gejala awal dari anemia yang bisa diamati orangtua adalah ketika anak tampak pucat yang berlangsung lama tanpa adanya penyebab kehilangan darah. Selain itu anak-anak juga mudah lelah, lemas, mudah marah, tidak nafsu makan, daya tahan tubuh menurun / sering sakit, dan mungkin terdapat gangguan perilaku dan prestasi belajar. Orangtua juga harus waspada apabila anak- anak tiba-tiba gemar mengonsumsi makanan yang tidak bernutrisi seperti es batu, permen dan sebagainya.
Dampak Anemia Pada Ibu Hamil dan Janin
Gejala anemia juga rentan terjadi pada ibu hamil. Bahkan menurut Riskesdas (2013), 37,1% ibu hamil di Indonesia mengalami kekurangan zat besi. Pada masa kehamilan, kebutuhan zat besi dalam tubuh meningkat karena cadangan zat besi yang disimpan di dalam tubuh dibutuhkan untuk mengimbangi peningkatan volume darah serta menjadi sumber hemoglobin untuk janin yang berkembang.
Bayi yang baru lahir menerima simpanan zat besi di dalam rahim, yang berarti pola makan ibu selama kehamilan harus terjaga keseimbangan gizinya.
Jika kondisi ini dibiarkan tanpa ada intervensi untuk mencukupi kebutuhan zat besi selama kehamilan, beberapa dampak yang bisa ditimbulkan di antaranya adalah:
- Gangguan pertumbuhan janin
- Gangguan fungsi jantung
- Prematuritas
- Pendarahan pasca kehamilan
- Pre eklamsia
- infeksi
Pola Makan Gizi Seimbang untuk Mencukupi Kebutuhan Zat Besi
Untuk mencegah kekurangan zat besi pada bayi dan balita, orangtua harus memerhatikan beberapa hal penting berikut ini:
- Memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi selama selama masa kehamilan. Daging adalah sumber zat besi terbaik.
- Konsultasi dengan dokter untuk mengetahui kecukupan zat besi dalam tubuh. Jika dokter meresepkan suplemen zat besi, konsumsi lah sesuai petunjuk.
- Beri ASI eksklusif pada bayi selama minimal 6 bulan atau pilih susu formula bayi yang difortifikasi zat besi.
- Jangan berikan bayi susu sapi atau cairan lain yang dapat menggantikan makanan padat kaya zat besi sebelum usia 12 bulan.
- Jangan menunda pengenalan makanan padat. Mulailah memberikan makanan bubur pada bayi saat ia berusia sekitar enam bulan. Sereal bayi yang diperkaya zat besi yang dibuat dengan formula bayi atau mumnya merupakan makanan pertama yang bisa diperkenalkan pada bayi.
- Untuk anak-anak, siapkan menu makanan yang bervariasi, namun tetap memiliki nilai gizi seimbang yang dibutuhkan anak sesuai Isi Piringku. Sertakan bahan makanan sumber zat besi seperti daging, sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan dan telur.
- Konsumsi makanan yang kaya akan vitamin C dapat menunjang penyerapan zat besi oleh tubuh. Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi jus sitrus atau mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C seperti jeruk, kiwi, brokoli, melon, stroberi, tomat, dan sebagainya pada saat yang bersamaan dengan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi.
- Untuk pertumbuhan dan perkembangan yang adekuat bagi anak-anak, beri tambahan susu pertumbuhan yang diperkaya zat besi.
- Apabila anak sudah mengalami gejala anemia, segera konsultasi ke dokter. Pengobatan yang diberikan jika anak positif mengalami suatu anemia defisiensi besi adalah pemberian suplemen yang mengandung zat besi sesuai dosis dan usia anak untuk mendukung pembentukan darah.
- Sertakan vitamin C karena ini membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi. Pastikan anak Anda memiliki banyak makanan yang kaya vitamin C seperti jeruk, lemon, mandarin, beri, buah kiwi, tomat, kubis, capsicum, dan brokoli.
Komitmen Danone Indonesia untuk Kesehatan Masyarakat
Pada sesi berikutnya, Corporate Communication Director Danone Indonesia, Bapak Arief Mujahidin menegaskan komitmen Danone Indonesia untuk membawa kesehatan sebanyak mungkin bagi masyarakat Indonesia lewat nutrisi dan hidrasi yang sehat serta program berkelanjutan. Edukasi mengenai pentingnya nutrisi bagi generasi bangsa merupakan salah satu upaya kontribusi Danone Indonesia dalam mendukung Indonesia membangun generasi sehat.

Salah satu program edukasi gizi yang baru saja diluncurkan Danone Indonesia bekerja sama dengan FEMA IPB adalah program GESID. Melalui program ini, Danone memberikan panduan edukasi gizi dan pembentukan karakter bagi remaja sangat dibutuhkan agar mereka memahami bagaimana cara menjaga kesehatan dirinya sendiri, sekaligus memberikan edukasi yang sama kepada teman-temannya. Dengan demikian, diharapkan remaja Indonesia dapat menjadi remaja yang produktif, kreatif, serta inovatif demi kemajuan bangsa. Program GESID sendiri merupakan program berkelanjutan dari Danone Indonesia bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak yang telah dikelola sebelumnya.