Sekilas mungkin terdengar aneh, ada lukisan yang terbuat dari sidik jari manusia. Tapi, hal yang terdengar aneh bagi orang awam ini tidak berlaku bagi seniman Bali ini. Adalah I Gusti Ngurah Gede Pemecutan yang menjadi pelopornya. Ia menjadi seniman lukis sidik jari yang pertama kali memperkenalkannya di Pulau Bali dan mengumpulkannya jadi satu dalam Museum Lukisan Sidik Jari. Semua berawal atas ketidaksengajaan saat dirinya sedang mengerjakan lukisan “Tari Baris”. Merasa hasil karyanya gagal, ia mulai memperbaikinya dengan polesan warna-warni yang ada diujung jarinya. Setelah diamati, ternyata lukisan itu membentuk nuansa yang berbeda dari lukisan pada umumnya. Disitulah muncul ungkapan lukisan sidik jari.

Dari karyanya inilah, kemudian Ngurah memiliki ide untuk mendirikan sebuah bangunan yang tidak hanya bisa memajang semua koleksi lukisan yang dihasilkannya, namun juga dapat dijadikan sebagai tempat pendidikan sekaligus obyek wisata. Konsep inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya Museum Lukisan Sidik Jari pada tahun 1994.
Museum yang terletak di Jl. Hayam Wuruk no.175, Tanjung Bungkah, Denpasar ini memiliki 3 ruang utama. Di dalam ruangan I, dipamerkan secara kronologis karya-karya dalam proses belajar melukis yang dimulai sejak duduk dibangku SMP dan SMA. Ada juga karya Ngurah saat belajar otodidak dan mulai belajar melukis tradisional dan lukisan modern dengan menggunakan cat minyak dan mulai bereksperimen dalam mencari jati diri dalam seni lukis.
Di dalam ruangan II, dipamerkan transisi penemuan teknis melukis dengan sidik jari. Dimulai dengan lukisan Tari Baris sebagai lukisan awal terciptanya lukisan sidik jari yang kemudian dikembangkannya hingga saat ini.
Di ruangan III, hasil karya yang dipamerkan sudah sepenuhnya menggunakan tekhnik sidik jari. Selain itu, Ngurah juga menampilkan karya desainernya selama mengabdi di Kanwil Departemen Perindustrian Propinsi Bali.
Karena kegigihannya melukis meskipun usianya sudah tidak muda lagi, pada tahun 2012, Ngurah memperoleh piagam penghargaan dari Museum Rekor – Dunia – Indonesia atas rekor pelopor tekhnik melukis dengan sidik jari dan kolektor sidik jari terbanyak 1.507. 725 sidik jari pribadi pelukisnya sendiri. Dan jumlah ini tentunya terus bertambah hingga di tahun 2014.
Lebih lanjut, selain lukisan sidik jari, museum yang sekaligus menjadi tempat tinggal pemiliknya ini juga memamerkan karya seni pahat, seperti patung kayu, topeng, hingga ragam puisi yang tertulis pada sebuah batu.
Untuk meneruskan seni budaya ini agar tetap ada dikemudian hari, museum ini juga mengundang pengunjung yang datang untuk mendalami seni budaya Bali dengan cara mengikuti kursus tari, melukis, tabuh gamelan, dll. Museum Lukisan Sidik Jari ini buka setiap hari kecuali hari libur mulai pukul 09.00 – 16.00 WITA.***