Menjelajahi Serpihan Sejarah Perang Dunia ke-2 di Jayapura
Jarum jam menunjukkan pukul 00.45 ketika suara merdu petugas menggema di Boarding Room Bandara Ngurah Rai. Saya dan seorang teman bergegas bangkit dan berjalan menuju pintu keberangkatan pesawat Garuda yang dini hari itu akan mengantarkan para penumpang ke Jayapura via Timika. Tiket pesawat Garuda di saku celana saya serahkan sembari menunjukkan kartu identitas.
Ini adalah perjalanan kedua saya ke Papua, tapi yang pertama ke Jayapura. Dua tahun sebelumnya, saya pertama kali menginjakkan kaki di Papua saat ditugaskan di Sorong. Kali ini, giliran Jayapura yang berkesempatan saya jelajahi. Jika saat ke Sorong harus transit melalui Makassar, perjalanan ke Jayapura dari Bali bisa langsung naik pesawat Garuda melalui Timika.
Maskapai Garuda memang selalu jadi pilihan kantor saya. Saya sendiri juga merasa nyaman terbang bersama Garuda. Pelayanannya ramah, apalagi jika kita terbang jarak jauh. Dari Bali ke Jayapura menurut jadwal ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam.
Pesawat sudah terbang di langit malam ketika mata saya terbangun saat merasakan sedikit goncangan. Saya melihat jam, ternyata sudah pukul 04.00. Sambil menyandarkan kepala, perhatian saya tertuju pada sebuah pemandangan yang saya lihat di jendela. Semburat warna jingga mewarnai langit. Indah sekali memandang detik-detik matahari terbit dari angkasa secara langsung. Kantuk saya pun seketika hilang. Tak henti-hentinya mata ini memandang langit luar yang mulai merekah merah dan mengagungkan kebesaran Tuhan atas ciptaan-Nya.
Kabut pagi masih menyelimuti Bandara Mozes Kilangin Timika ketika pesawat mendarat untuk transit sekitar 30 menit. Waktu yang singkat ini saya pergunakan untuk berjalan-jalan sekitar bandara. Dan tentunya tak lupa untuk selfie di ikon bandara yang berupa ban kendaraan berukuran sangat besar.
Pukul 08.15 (jam saya masih menggunakan Waktu Indonesia Tengah), pesawat Garuda akhirnya mendarat di bandara Sentani, Jayapura. Kami memesan taksi setempat untuk mengantar sampai ke hotel di Kota Jayapura. Jarak dari bandara ke wilayah kota lumayan jauh, sekitar 45 menit perjalanan. Ongkos taksinya otomatis juga lumayan mahal. Memang, biaya hidup sehari-hari di Papua ini tergolong tinggi untuk ukuran masyarakat Indonesia yang terbiasa serba murah di Jawa. Tapi karena perjalanan ini ditanggung kantor, ya saya nikmati saja tanpa banyak tawar menawar.
Selalu menjadi kebiasaan saya untuk jauh-jauh hari mencari informasi tentang potensi wisata di setiap daerah baru yang saya kunjungi. Begitu pula ketika saya ditugaskan di Jayapura. Saya mencari informasi tempat-tempat wisata mana saja yang layak dikunjungi disela-sela rutinitas pekerjaan yang padat. Karena waktu penugasan disini cuma 2 minggu saja, tentu tidak banyak tempat wisata yang bisa saya kunjungi.
Serpihan Sejarah Perang Dunia ke-2 di Jayapura
Selain tempat wisata Danau Sentani yang indah, Jayapura juga menyimpan potensi wisata sejarah yang besar. Daerah ini ternyata pernah menjadi tempat penting bagi tentara Amerika saat pecah Perang Pasifik melawan Jepang. Beberapa tempat menyimpan serpihan dan jejak sejarah perang dunia ke-2 di Jayapura dari seorang tokoh militer terkenal Amerika, yakni Jenderal Douglas MacArthur.
Jejak sejarah dari jenderal yang terkenal dengan strategi perang “Loncat Katak” itu diabadikan dalam bentuk sebuah tugu peringatan, yang didirikan di bekas markas pasukannya di tanah Papua. Namanya Tugu MacArthur.
Tugu ini terletak di daerah Ifar Gunung, yang masuk wilayah distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Jika kamu sedang berada di kota Jayapura, kamu harus menuju ke arah bandara Sentani. Sebelum masuk pertigaan ke arah bandara, ada papan nama yang menunjukkan arah menuju markas Rindam, sebelah kanan jalan.
Pohon Cinta di Tugu MacArthur
Bekas markas pasukan jendral MacArthur saat ini memang dipakai sebagai markas pasukan Resimen Induk Kodam (Rindam) XVII Cendrawasih. Kamu tinggal masuk ke jalan tersebut, dan terus hingga sampai ke pos penjagaan Rindam. Setelah meninggalkan kartu identitas, barulah kamu diperbolehkan masuk ke areal Rindam. Dari pos penjagaan ini ke tugu MacArthur, kamu masih harus masuk dengan jalan yang sedikit berkelok dan menanjak, sekitar 5 menit lamanya. Hingga sampailah di Tugu MacArthur.
papan petunjuk situs MacArthur
Tugu MacArthur berbentuk segilima. Dibawah relief anak panah dan pedang yang bersilang, terdapat plakat dengan tulisan:
“Markas Besar Umum Daerah Pasifik Barat Daya.
Pada saat musim panas tahun 1944, suatu hamparan kompleks markas besar terserak di tempat ini kemudian didirikan di lokasi ini. Akhirnya berpangkalanlah di Sentani suatu Markas Besar Umum Daerah Pasifik Baratdaya : Angkatan Darat Amerika Serikat di Timur Jauh, Angkatan Udara A-3 Kawasan Timur Jauh, Armada ke Tujuh, Angkatan Udara ke-Lima, Angkatan Darat ke-Enam, Angkatan Darat ke-delapan, Pasukan Pendaratan Sekutu dan Angkatan Udara Sekutu. Perencanaan dan Penyelenggaraan untuk penyerangan Filipina dilaksanakan dari tempat ini. Di bawah pengarahan Jenderal Douglas MacArthur”.
berpose di depan Tugu MacArthur
Tak jauh dari tugu itu, ada sebuah kursi beton yang mengarah ke pemandangan Danau Sentani di kejauhan. Kursi itu ditempatkan di bawah sebuah pohon, yang bila kamu memotretnya agak sedikit jauh, pohon itu membentuk sebuah tanda cinta (love). Di sebelah kanan tugu, ada sebuah kantor yang berfungsi sebagai museum kecil. Didalamnya, terdapat berbagai koleksi foto-foto pendaratan pasukan Sekutu di tanah Papua, melalui pantai Hamadi dan teluk Humboldt. Juga ada beberapa koleksi dogtail (kalung identitas prajurit) yang disimpan dalam museum tersebut.
pohon Cinta di Tugu Macarthur
Benteng Pertahanan dan Ombak Terbang di Pantai Hamadi
Serpihan dan jejak sejarah Perang Dunia ke-2 lainnya di Jayapura terdapat di Pantai Hamadi. Pantai ini merupakan lokasi pendaratan pertama pasukan amphibi sekutu pimpinan Jenderal Douglas MacArthur pada tahun 1944 sebelum meneruskan perjalanan mereka ke dataran yang lebih tinggi. Yang kemudian mengambil markas di Ifar Gunung, Sentani.
Dahulu, saat pasukan sekutu memasuki wilayah Jayapura, pantai di pulau yang dulunya dinamakan Hollandia ini menjadi pertahanan pasukan sekutu terhadap serangan Jepang. Oleh sebab itu, bila kita mengunjungi pantai Hamadi saat ini, sisa benteng pertahanan terbentang dengan panjang kira-kira 2 kilometer hingga ke pantai Base-G, meskipun bentuknya sudah tidak utuh lagi. Selain itu, ada juga monumen berupa tugu kecil untuk mengenang pendaratan pasukan sekutu, yang terletak di depan Pasar Sentral Hamadi. Ada juga 3 unit tank dan panser bekas yang dipakai tentara sekutu, dan sekarang dijadikan monumen peringatan. Tank ini bisa kamu lihat di belakang markas Lantamal X di bibir pantai Hamadi.
Tak hanya ikut dalam percaturan sejarah perang dunia, Pantai Hamadi juga memiliki pemandangan dan fenomena alam yang indah. Anak-anak dan warga sekitar menyebutnya “Ombak Terbang”. Di lepas pantai Hamadi, kira-kira 100 meter dari bibir pantai, terdapat sebuah tembok yang memanjang. Tembok ini berfungsi menahan ombak besar dari lautan lepas. Karena ombak yang datang begitu besar, ketika menatap tembok ombak itu terpecah dan memuncrat sampai setinggi 5 hingga 8 meter. Inilah yang dinamakan Ombak Terbang.
pemandangan ombak terbang di pantai Hamadi
Seru sekali rasanya melihat fenomena ombak terbang sembari menikmati semilir angin pantai yang sejuk. Beberapa anak terlihat berenang di bibir pantai yang terlindungi oleh tembok pembatas. Untuk masuk ke tempat wisata Pantai Hamadi ini, kamu cukup membayar uang masuk 10 ribu rupiah, dan uang parkir kendaraan yang berkisar 10-20 ribu rupiah.
Jelajah Nusantara Dengan Skyscanner
Itulah sepenggal cerita jelajah nusantara yang pernah saya lakukan. Saat itu, semua tiket pesawat dan akomodasi lainnya diurus oleh kantor. Caranya juga masih konvensional, harus memesan tiket langsung ke travel agent. Kini, selepas resign dan memulai usaha sendiri, hobby traveling masih sesekali saya jalani. Tentunya untuk urusan pemesanan tiket pesawat atau akomodasi lainnya harus cermat, dan sebisa mungkin juga hemat.
Untunglah di era digital ini segala sesuatu bisa dipesan online melalui smartphone. Tidak terkecuali dengan tiket pesawat. Saat ini sudah banyak aplikasi pemesanan tiket pesawat secara online. Salah satunya adalah Skyscanner, situs dan aplikasi pemesanan tiket pesawat, hotel hingga sewa mobil secara online.
Skyscanner adalah situs pencarian dan pemesanan tiket internasional yang terpercaya. Lebih dari 60 juta orang mencari dan memesan tiket melalui Skyscanner setiap bulannya. Keunikan dari Skyscanner adalah situs ini menghubungkan traveler, orang-orang yang hendak berlibur atau bepergian dengan segala sesuatu yang ditawarkan oleh setiap industri travel.
Dengan lebih dari 1200 partner di seluruh dunia, kita bisa dengan mudahnya mencari alternatif akomodasi yang bisa menghemat waktu dan budget kita. Misalnya ketika kita hendak memesan tiket pesawat Garuda Indonesia. Skyscanner selalu menawarkan tiket harga promo. Caranya cukup dengan melakukan pengecekan halaman Skyscanner Indonesia setiap hari. Skyscanner akan meng-update harga tiket pesawat promo Garuda Indonesia yang tersedia. Kita juga bisa berlangganan newsletter dari Skyscanner supaya kita bisa update penawaran-penawaran dan informasi tiket pesawat setiap harinya.
Tak hanya itu, Skyscanner juga menyediakan ragam artikel traveling yang berisi tips hingga informasi tempat wisata yang direkomendasikan di seluruh dunia. Dengan begitu kita bisa merencanakan terlebih dahulu mau pergi kemana saat waktu liburan tiba nanti.
Dengan banyak fitur unggulan seperti itu, tak salah kiranya jika kamu menggunakan Skyscanner sebagai tempat untuk memesan tiket pesawat, hotel dan perencana liburan yang hewat waktu dan uang. Jadi tunggu apalagi, yuk jelajah nusantara bersama Skyscanner.
Disclaimer: Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner.
wah, sayang lho, hehehe. soalnya memang belum banyak yang tahu kalau Jayapura itu pernah menjadi basis tentara sekutu pimpinan jenderal Douglas McArthur. Sayangnya, banyak peninggalan-peninggalan seperti bekas tank dan panser yang kini hilang. kata masyarakat sih dulu dijual ke pedagang besi bekas. terbayang gak benda sejarah seperti itu dijual sebagai barang bekas dengan harga murah?
salam kenal
Sayang sekali hanya sempat transit di Jayapura menuju Oksibil, tak sempat wisata sejarah di Jayapura.
wah, sayang lho, hehehe. soalnya memang belum banyak yang tahu kalau Jayapura itu pernah menjadi basis tentara sekutu pimpinan jenderal Douglas McArthur. Sayangnya, banyak peninggalan-peninggalan seperti bekas tank dan panser yang kini hilang. kata masyarakat sih dulu dijual ke pedagang besi bekas. terbayang gak benda sejarah seperti itu dijual sebagai barang bekas dengan harga murah?
salam kenal